PENYAKIT TUNGRO
Pendahuluan
Penyakit
Tungro merupakan salah satu jenis OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) padi
selain wereng batang coklat, penggerek batang dan tikus yang mampu mengakibatkan
kerusakan luas dan kehilangan hasil secara bervariasi dari ringan, sedang sampai
dengan puso.
Sebelum
tahun 1969 penyakit tungro belum dianggap penting, sejalan dengan peningkatan
intensifikasi dan peningkatan indeks pertanaman serta didukung dengan adanya
irigasi yang terus menerus tidak berhenti di beberapa daerah mengakibatkan pola
tanam menjadi tidak teratur atau waktu tanam yang tidak serempak berdampak
terhadap perubahan agroekosistem. Namun mulai
tahun 1990 serangan penyakit tungro sudah terdapat pada 26 provinsi di
Indonesia serta terjadi ledakan serangan penyakit ini di Surakarta pada tahun
1994 – 1995 yang mencapai ratusan hektar.
Ciri-Ciri
Penyakit Tungro
Penyakit
tungro yang menyerang tanaman padi, baru akan kelihatan apabila wereng hijau
sebagai pembawa/vector sudah menghisap cairan tanaman padi (menginfeksi)
setelah 2-3 minggu dengan ciri-ciri sebagai berikut :
- Tanaman
menjadi berwarna kuning sampai oranye dari pucuk sampai pelepah daun
- Ruas
batang menjadi pendek sehingga menyebabkan tanaman menjadi kerdil, pertumbuhan
terhambat dan tidak terbentuk malai.
Penyebab
Penyakit Tungro
Penyakit
ini disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh wereng hijau dengan ciri wereng
hijau terdapat bintik cokelat pada kedua sayapnya. Serangan penyakit ini bukan disebabkan oleh
telur serangga vector, benih yang ditanam, melalui air irigasi, melalui tanah
maupun cara mekanis misalnya gesekan antar tanaman.
Cara
dan Sumber Penularan
Cara
penularan penyakit tungro dimulai dari wereng hijau yang sudah terinfeksi mengambil/menghisap
cairan pada tanaman padi. Sedangkan sumber
penularan berasal dari :
- Tanaman
padi yang sudah terserang
- Sisa
tanaman padi/singgang
- Rumput
sekitar tanaman yang terserang
Periode
Infeksi
Wereng
hijau dapat menyebarkan virus apabila sedikitnya mengambil cairan tanaman yang
terinfeksi sedikitnya 30 menit (wereng hijau infektif) kemudian setelah 2 jam dari
infeksi wereng hijau dapat menginfeksi tanaman lainnya. Setelah itu wereng hijau yang sudah tidak
mengandung virus lagi (afektif) selama tidak menghisap tanaman yang terinfeksi
lagi.
Gejala
penyakit ini akan timbul setelah 2 sampai 3 minggu, sehingga apabila terdapat
gejala penyakit yang timbul saat tanaman berumur 2-3 minggu HST, berarti
infeksi virus telah terjadi sejak dipersemaian.
Penyakit
tungro ini akan dapat berakibat fatal apabila menyerang tanaman yang berumur
0-40 HST dan apabila menyerang setelah 50 HST tidak akan menimbulkan gejala
serangan, dan gejala serangan akan muncul pada waktu singgang padi tumbuh.
Cara
Pengendalian
Pengendalian
utama antara lain :
1.
Pengaturan
Pola Tanam
Dengan
melakukan pola tanam yang teratur, tanam serampak dan pergantian varietas maupun
jenis tanaman maka akan memutus siklus hidup dari OPT sehingga tidak dapat
berkembang dan akan lebih mudah dikendalikan.
2.
Penggunaan
Varietas Padi yang Tahan
Penggunaan varietas padi yang tahan dan
toleran dapat mengurangi akibat dampak serangan penyakit tungro ini. Beberapa varietas yang tahan antara lain : IR
66, Memberamo, IR 74, IR 72 dan varietas Tukat Tunda.
3.
Eradikasi
Tanaman
Apabila terdapat gejala serangan maka
segera mungkin tanaman yang terserang tersebut dilakukan eradikasi/dimusnahkan dengan
cara dibenamkan atau dibakar.
4.
Penggunaan
Pestisida
Penggunaan pestisida hanya dianjurkan pada
waktu tanaman berumur 0-40 HST, dengan jenis yang dianjurkan yakni mengandung
BPMC dan Applaud.
5.
Sanitasi
Lingkungan secara berkala
Tindakan
ini sangat penting dilakukan yang berfungsi untuk mencegah atau memusnahkan
sumber inang, dengan cara : segera mungkin membajak tanah, membakar sisa-sisa
panen dan rerumputan disekitarnya.
Penutup
Pengendalian
penyakit tungro terutama di daerah endemis perlu lebih waspada terutama saat
musim penghujan, karena biasanya penyakit ini akan timbul. Kewaspadaan petani lebih ditingkatkan lagi
dengan cara melakukan pengamatan rutin mingguan, agar antisipasi terhadap
serangan OPT dapat lebih dini.
(Penulis : Fridy Jazuli Ramadhani, S.PKP/PP.
Muda di BPP Mekarsari)
Sumber : Dinas Pertanian TPH Kab. Barito
Kuala